BRUNEI DARUSSALAM – Konferensi Antarabangsa Islam Borneo (KAIB) XV dihelat 2 hari (5–6 Juni 2024), dengan tuan rumahnya adalah Universiti Islam Sultan Sharif Ali (UNISSA). Acara yang bertajuk “Membangun Masyarakat dan Perbandaran Islam yang Mampan” ini, dibuka langsung oleh Sultan Haji Hassanal Bolkiah Mu’izzaddin Waddaulah ibni Al-Marhum Sultan Haji Omar ‘Ali Saifuddien Sa’adul Khairi Waddien.
KAIB pertama dilaksanakan pada tahun 2008, dilanjutkan silih berganti oleh para ahli yang bergabung daripada institusi-institusi pendidikan tinggi di Borneo, salah satunya UIN Antasari Banjarmasin. Rektor UNISSA menyebutkan, salah satu tujuan diselenggarakannya KAIB adalah sebagai media dakwah di Kepulauan Borneo.
Hadir mewakili UIN Antasari dalam konferensi ini 3 dosen Tadris Bahasa Inggris (TBI) sebagai presenter, Afifah Linda Sari, M. Pd., Dr. Hj. Raida Asfihana, M.Pd., Hidayah Nor, M.Pd., dan 1 presenter dari mahasiswi yakni Fadia Mahardika. Lebih dari 250 makalah diterima dan dipresentasikan, yang menitikberatkan kepada SDGs (Sustainable Development Programs).
Fadia merasa bersyukur sebagai mahasiswi program sarjana semester 4 dapat berpartisipasi, karena secara keseluruhan peserta berasal dari kalangan pendidik, dosen, dan mahasiswa/i pascasarjana.
“Masih rasa tak percaya saya bisa presentasi di Brunei Darussalam. Terima kasih kepada dosen-dosen TBI yang telah memberikan dukungan dan motivasi, sehingga saya bisa berada di sini,” ungkapnya.
Selain paper presentation, tampil juga poster yang ditulis Hj. Nani Hizriani, M.A., yang mengusung tema “The Roles of UINAntasari in Preserving Banjar Cultural Heritage”. Sepuluh pameran poster ini dikunjungi dan dipresentasikan langsung di hadapan Sultan beserta kerabat diraja setelah acara pembukaan.
“Saya bangga sekali bisa mempromosikan UIN Antasari, dalam peranannya menjaga warisan budaya Banjar di hadapan Sultan,” ungkap Hidayah Nor, M.Pd.
Dalam sambutannya, Sultan mengatakan, Kepulauan Borneo yang kaya dengan sumber alam mesti kaya juga dengan sumber rohani.
“Oleh karena itu, institusi perguruan tinggi di Borneo dapat memainkan peranan untuk benar-benar menjadi lumbung ilmu, yang bukan saja menawarkan program untuk memenuhi tuntutan semata, tetapi juga mendidik dan mencorak anak bangsa menjadi insan seimbang,” tegasnya.
Sebagai penutup, dalam konferensi ini dirumuskan Draf Resolusi KAIB XV yang mencakup 8 poin, menekankan pada pemeliharaan dan pelestarian manuskrip sebagai sumber kajian berkaitan dengan keislaman, sejarah, tradisi, dan legasi masyarakat rantau, serta meneruskan keberlanjutan SDGs. Selanjutnya KAIB XVI direncanakan berlangsung di Kalimantan Barat, dengan tuan rumahnya adalah IAIN Pontianak.
Penulis: Afifah Linda Sari, M.Pd.
